Sunday, 13 May 2018

Rasaku; Tentang Teror Bom di Tiga Gereja di Surabaya

Mengenai ledakan bom oleh teroris yang terjadi di tiga gereja di Kota Surabaya. Saya sungguh terpukul. Benar-benar sedih, sesedih saya membaca buku harian Anne Frank, bahkan lebih sedih dari itu. 

Kebetulan di Surabaya ini, saya tinggal dengan anggota keluarga pemeluk Kristen. Saya merasa sebagai minoritas di sini (dalam lingkup keluarga tentunya). Tapi sungguh, sekali pun saya tidak pernah mendapat perlakuan tidak mengenakan dari mereka. Ketika waktu salat tiba beberapa dari mereka bahkan mengingatkan saya untuk menyegerakan salat. Atau pernah suatu hari di acara makan-makan keluarga, dengan senang hati mereka menunjukkan mana makanan haram yang tidak dapat saya makan. Ketika saya terlihat murung, mereka pun menyarankan saya untuk terus bertawakal kepada Allah SWT bahkan disarankan untuk melakukan salat dan puasa sunah. Siang tadi, engkong dari Malang yang juga Kristen, mengajarkan saya bagaimana seharusnya menjadi sosok yang sabar dan iklas. Ia menggenggam tangan saya dengan penuh kasih mengatakan,"Bersabarlah. Tuhan selalu bersama anak yang shaleh dan shalehah. Jangan jauh-jauh. Semoga dapat kerja di Surabaya, biar kita selalu dekat dan selalu dalam lindungan Tuhan." Trenyuh saya dibuatnya.

Tapi saya sedih. Sedih akibat peristiwa teror bom di tiga gereja yang baru terjadi. Keluarga saya di Surabaya adalah pemeluk Kristen yang taat. Biasanya, mereka menjalankan ibadah minggu hingga pukul 11.00 atau bahkan 13.00 namun hari ini belum genap pukul 10.00 mereka sudah pulang gereja. Katanya, jemaat ibadah minggu dibubarkan, disarankan untuk ibadah di rumah masing-masing mengingat tengah rawan teror bom oleh teroris. Sekali lagi, saya sedih mendengarnya. Meski di twitter ramai tagar #KamiTidakTakut tapi menurut saya sulit bagi mereka untuk menutupi rasa  ketakutan itu, karena entah kenapa gereja atau mereka pemeluk Kristen dan Katolik acapkali menjadi sasaran aksi terorisme. Saya benar-benar engga habis pikir. Untuk menjalankan ibadah pun mereka takut. Bukankah sudah menjadi hak bagi seluruh manusia untuk menjalankan ibadahnya? Saya merasa, teroris ini mengambil hak mereka yang untuk beribadah. Membatasi ruang gerak mereka yang tidak tahu apa salah mereka (kepada teroris). 

Saya sendiri percaya, Tuhan itu Esa, apapun agamamu, bagaimana pun caramu menyembah, dan di mana pun tempatmu beribadah, Tuhan tetap Esa. Karena, ada beribu cara menuju Tuhan. Beribu ibadah yang mendamaikan. Beribu perilaku yang menyenangkan. Terakhir, berikut kutipan Dalai Lama yang semoga memberi kita ketentraman dan ketenangan jiwa.


Terlepas dari isu terorisme yang entah saya kurang tahu apa penyebabkan, saya hanya ingin mengutarakan betapa terpukulnya saya akan peristiwa ini.
Terima kasih. Salam.


No comments:

Post a Comment